Indonesia telah resmi bergabung dengan blok ekonomi yakni Brazil, Russia, India, China, and South Africa (BRICS) mulai Senin (6/1/2025). Menurut Menteri Luar Negeri Sugiyono, kiprah Indonesia semakin diakui oleh dunia yang dibuktikan dengan bergabungnya Indonesia bersama BRICS. Sugiono menjelaskan keputusan ini sudah sesuai dengan prinsip politik yang dianut Indonesia selama ini, yakni Politik Bebas Aktif.
Apa Itu BRICS?
Dikutip dari laman Kompas, pengelompokan negara-negara informal yang berkembang menjadi organisasi antar-pemerintah yang menjajaki peluang investasi. Istilah BRICS awalnya merujuk pada sekumpulan negara yang mengalami pertumbuhan ekonomi pesat, jika pertumbuhannya dipertahankan pada tingkat yang sama, akan muncul sebagai pelaku ekonomi dominan di abad ke-21. Akronim BRICS juga berasal dari nama-nama anggota awal, yaitu Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan.
Nama itu kemudian diadopsi sebagai nama organisasi antarpemerintah formal yang bertujuan untuk menciptakan integrasi dan koordinasi ekonomi dan geopolitik yang lebih besar di antara negara-negara anggota. Organisasi BRICS umumnya dipahami sebagai upaya untuk membentuk blok geopolitik yang mampu mengimbangi pengaruh lembaga global yang didominasi Barat seperti Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Tidak ada proses pendaftaran formal untuk bergabung dengan BRICS, tetapi anggota baru harus disetujui dengan suara bulat oleh anggota yang sudah ada.
Berikut daftar negara yang menjadi daftar anggota BRICS:
1. Brasil
2. Rusia
3. India
4. Tiongkok
5. Afrika Selatan
6. Mesir
7. Etiopia
8. Iran
9. Uni Emirats Arab
10. Indonesia
Jika digabungkan, negara-negara anggota BRICS mencakup sekitar 30% permukaan bumi dan 45% populasi global. Afrika Selatan memiliki ekonomi terbesar di Afrika, sedangkan Brasil, India, dan Tiongkok termasuk di antara 10 negara terbesar di dunia berdasarkan populasi, luas wilayah, dan produk domestik bruto (PDB) nominal, dan berdasarkan paritas daya beli, Rusia muncul sebagai ekonomi terbesar di Eropa pada tahun fiskal terakhir.
Kelima negara anggota awal tersebut merupakan anggota G20, dengan PDB nominal gabungan sebesar US$28 triliun (sekitar 27% dari produk dunia bruto), total PDB (PPP) sekitar US$65 triliun (33% dari PDB PPP global), dan diperkirakan US$5,2 triliun dalam cadangan devisa gabungan (per 2024). Negara-negara BRICS dianggap sebagai pesaing geopolitik terdepan bagi blok G7 yang terdiri dari negara-negara maju terkemuka, dengan menerapkan inisiatif-inisiatif yang bersaing seperti New Development Bank, BRICS Contingent Reserve Arrangement, BRICS Pay, BRICS Joint Statistical Publication, dan mata uang cadangan keranjang BRICS.
Dampak Untuk Indonesia
Dikutip dari Harian Jogja, Pakar Hubungan Internasional Fisipol UGM, Poppy Sulistyaning Winanti menilai masuknya keanggotaan Indonesia ke dalam BRICS membuka peluang untuk penguatan posisi diplomatik Indonesia di panggung global. Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok ini telah menjadi forum penting dalam membahas isu-isu strategis seperti reformasi sistem pembayaran yang adil hingga reformasi tata kelola global.
Menurut pandangan Poppy, masuknya Indonesia ke dalam BRICS juga tidak lepas dari upaya menaikkan posisi tawar Indonesia kepada dunia barat. "Saya kira ini sebagai upaya Indonesia menaikkan posisi bargaining dengan posisi negara barat," tegas Poppy.
Selain itu, masuknya Indonesia ke dalam BRICS juga dinilai Poppy sebagai upaya untuk mengantisipasi dampak domestik dari dari kebijakan pemimpin Amerika Serikat, Presiden Donald Trump. Sebab menurut Poppy pengalaman selama ini komitmen-komitmen internasional yang akan dilakukan oleh Presiden Amerika Serikat tersebut cenderung tidak mudah untuk diprediksi.
"Dunia barat di bawah bayang-bayang Amerika Serikat penuh ketidakpastian lagi dari sisi konteks global apalagi di bawah periode kedua kepemimpinan Donald Trump," ujar Poppy.
Tags
Dunia